11/14/2025 | Press release | Distributed by Public on 11/14/2025 04:39
Samarkand (14/11) - Indonesia menutup keikutsertaannya dalam Sidang Umum ke-43 UNESCO dengan lima catatan penting pada bidang pendidikan, pengetahuan dan budaya. Sidang Umum yang digelar di Samarkand, Uzbekistan, tersebut menjadi panggung pertama Bahasa Indonesia digunakan sebagai salah satu bahasa resmi UNESCO. Pantun pembuka dan penutup yang disampaikan Menteri Pendidikan Dasar & Menengah, Prof. Abdul Mu'ti, dalam pernyataan nasional Indonesia pun disambut meriah peserta sidang.
Pada rangkaian sidang tersebut, Indonesia terpilih sebagai salah satu anggota komite MOST (Management of Social Transformations) UNESCO. Program ini berfokus pada penguatan peran ilmu-ilmu sosial dalam merumuskan kebijakan publik, menjembatani riset akademik dengan pengambil keputusan di tingkat pemerintah. Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI untuk Prancis, Andorra, Monako, dan merangkap Delegasi Tetap RI untuk UNESCO, Mohamad Oemar, menyatakan:"Keanggotaan Indonesia di Dewan MOST memperkuat posisi kita sebagai negara yang tidak hanya kaya secara budaya, tetapi juga serius mengembangkan kebijakan berbasis pengetahuan ilmiah"
Di ranah sains kelautan, Indonesia terpilih sebagai sebagai anggota Dewan Eksekutif Komite Oseonografi Antarpemerintah (IOC) UNESCO. Keberhasilan ini semakin menegaskan peran penting Indonesia sebagai negara maritim dalam pengetahuan dan tata kelola kelautan.
Sidang Umum juga mengukuhkan peringatan 400 tahun kelahiran Syekh Yusuf Al-Makassari di tahun 2027, sebagai salah satu perayaan yang dikaitkan dengan UNESCO. Syekh Yusuf Al-Makassari, ulama dan sufi besar asal Sulawesi Selatan, dikenal luas bukan hanya sebagai tokoh spiritual, tetapi juga sebagai pejuang antikolonial dan jembatan peradaban antara Indonesia dan Afrika Selatan.
Atas usulan Indonesia, UNESCO juga mengadopsi resolusi yang memperingati Idul Fitri dan Idul Adha sebagai hari besar di lingkungan UNESCO. Dengan resolusi ini, UNESCO tidak akan mengadakan pertemuan resmi pada Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.
Secara simbolik, lima capaian tersebut: Bahasa Indonesia, kursi di komite MOST, pengakuan perayaan Syekh Yusuf, pengakuan perayaan Idul Fitri dan Idul Adha serta keanggotaan Dewan Eksekutif IOC, mencerminkan wajah kontribusi Indonesia di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, serta komunikasi dan budaya yang beririsan dengan mandat inti UNESCO. Keberhasilan di atas juga menunjukkan bahwa diplomasi Indonesia tidak sekadar sebagai pengikut agenda di UNESCO, tetapi juga membentuk narasi, berkontribusi membentuk norma global, dan menghubungkan kepentingan nasional dengan kepentingan global.