09/24/2025 | Press release | Distributed by Public on 09/23/2025 18:43
Dalam pidato yang disampaikan di posisi sebagai pembicara ketiga setelah Brasil dan Amerika Serikat, Presiden Prabowo menyerukan perhatian dunia terhadap tragedi kemanusiaan yang terus berlangsung di Gaza. Ia menggambarkan penderitaan rakyat sipil yang hidup dalam ketakutan, kelaparan, dan kehancuran sebagai "jeritan yang tidak boleh lagi diabaikan komunitas internasional."
Presiden menegaskan bahwa komitmen Indonesia bukan hanya dalam kata-kata, tetapi juga dalam tindakan nyata. Indonesia menyatakan kesiapan untuk mengirim hingga 20.000 personel perdamaian guna membantu menjaga stabilitas dan perlindungan sipil di wilayah-wilayah konflik, termasuk Gaza.
Lebih jauh, Presiden menyerukan penguatan kembali peran PBB sebagai pilar utama perdamaian dan keadilan global. Ia menekankan bahwa tatanan dunia yang adil bukan hak segelintir bangsa, tetapi hak seluruh umat manusia. "Mari kita wujudkan mimpi besar umat manusia - dunia di mana semua hidup dalam keadilan. Mungkin ini mimpi, tapi ini mimpi indah yang harus kita perjuangkan bersama," tutup Presiden.
Presiden juga menyoroti isu ketahanan pangan global Presiden menekankan bahwa ketahanan pangan harus dibangun melalui inovasi dan keberlanjutan. Oleh karena itu, Indonesia kini tengah mengembangkan rantai pasok yang tangguh, memperkuat produktivitas petani, serta berinvestasi dalam pertanian cerdas iklim.
Dalam kesempatan tersebut, Kepala Negara juga menyampaikan dampak perubahan iklim yang nyata dirasakan Indonesia sebagai negara kepulauan. Presiden Prabowo menyebutkan bahwa kenaikan permukaan laut menjadi ancaman serius yang sudah terjadi saat ini. Lebih lanjut, Presiden menegaskan bahwa Indonesia memilih menghadapi perubahan iklim melalui aksi nyata, bukan sekadar slogan. Indonesia berkomitmen untuk memenuhi kewajiban Perjanjian Paris 2015 dan menargetkan pencapaian emisi nol bersih pada tahun 2060 atau lebih cepat.
Presiden Prabowo berbicara pada sesi pertama Debat Umum padai urutan ketiga. Brasil, yang sejak 1955 selalu membuka sidang sebagai tradisi diplomatik, tampil di urutan pertama. Amerika Serikat, sebagai tuan rumah, mendapat giliran kedua. Kehadiran Presiden Prabowo di podium Majelis Umum PBB semakin menegaskan komitmen Indonesia dalam terhadap isu-isu global.