09/24/2025 | Press release | Distributed by Public on 09/24/2025 05:38
Jakarta - Wakil Menteri Pertahanan Republik Indonesia (Wamenhan RI) Donny Ermawan Taufanto mewakili Menteri Pertahanan RI hadir sebagai keynote speaker pada forum dialog publik tentang Narrative and Legal Warfare (NLW) yang berlangsung di President Lounge, Batavia Tower, Jakarta, Rabu (24/9/2025).
Acara tersebut di selenggarakan oleh Universitas Pertahanan Republik Indonesia (Unhan RI) sebagai Center of Excellence di bidang pertahanan, yang telah berkolaborasi dengan Aliansi Cendekiawan Tagaroa dan sejumlah pemangku kepentingan. Tema yang diusung yaitu "Defence Intellectual Community: Memperkokoh Narasi dan Tatanan Negara untuk Kedaulatan dan Kesejahteraan Bangsa", adalah sebuah seruan yang sangat relevan dan mendesak untuk didiskusikan secara mendalam.
Dalam keynote speechnya, Wamenhan menyampaikan bahwa dinamika global semakin kompleks, dimana ancaman terhadap kedaulatan dan kepentingan nasional tidak lagi terbatas pada agresi militer konvensional.
Saat ini, NLW menyasar beberapa aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Pertama, pada aspek ekonomi atau kesejahteraan. Kedua, pada aspek pertahanan dan politik negara. NLW berupaya melemahkan soliditas kebijakan pemerintah dengan menggunakan isu-isu hak asasi manusia dan demokrasi sebagai pembenaran. Oleh karena itu, diperlukan kemampuan untuk membedakan secara tegas antara kritik yang bersifat konstruktif dan narasi subversive yang digerakkan oleh kepentingan pihak eksternal.
"Menanggapi kompleksitas ancaman multidimensional tersebut, Bapak Menhan Rl memperkenalkan sebuah konsep visioner yaitu Defence Intellectual Management (DIM)," ungkap Wamenhan.
DIM bukan sekadar konsep, melainkan sebuah keniscayaan, resultan dari kualitas praktis dan akademis yang diterapkan dalam interaksi kepemimpinan dan manajemen untuk membangun kekuatan pertahanan. Kompleksitas permasalahan negara saat ini tidak cukup dihadapi hanya dengan alat utama sistem persenjataan modern atau organisasi militer canggih. "Kita membutuhkan kemampuan DIM yang multiguna, mampu beradaptasi, dan merespons ancaman nirmiliter yang semakin canggih," ujar Wamenhan.
"Saya meyakini bahwa melalui kolaborasi dan sinergi yang kuat antara pemerintah, kalangan akademisi, dan masyarakat, kita mampu membangun pertahanan nasional yang tangguh, tidak hanya pada dimensi fisik, tetapi juga pada ranah intelektual dan kognitif," tambah Wamenhan.
Forum dialog publik ini mencerminkan komitmen komunitas intelektual pertahanan untuk bersatu menjaga keutuhan dan kedaulatan bangsa. Melalui sinergi lintas disiplin dan sektor, forum ini diharapkan menjadi katalis kolaborasi berkelanjutan antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat dalam menghadapi ancaman NLW.
Pada forum dialog publik tersebut menghadirkan beberapa pembicara diantaranya, Ketua Umum lkatan Alumni Unhan RI Dr. Dave Laksono, Guru Besar FHUI Prof. Hikmahanto Juwana, Guru Besar FHUI dan Co-Founder ACT Prof. Dr. Satya Arinanto, Founder Aliansi Cendekia Tagaroa Prof. Dr. Budi Susilo Soepandji, serta DPP APKASINDO Dr. Mutiara Panjaitan. (Biro Infohan Setjen Kemhan)